Voxpol Beberkan Alasan Yusril Layak Jadi Cawapres Dampingi Prabowo



Jakarta, CNN Indonesia —

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menyebut, nama Ketua Umum Partai Bulan Bintang atau PBB, Yusril Ihza Mahendra kian menguat untuk menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.

Kuatnya kans Yusril untuk menemani Prabowo di Pilpres 2024 tak lepas dari kenyataan Koalisi Indonesia Maju (KIM) hingga hari ini sedang menghadapi tantangan serius dalam menentukan bakal cawapres bagi Prabowo.

Pangi menilai ada beberapa alasan sosok Yusril layak menjadi perhatian sebagai bakal cawapres sekaligus solusi bagi KIM untuk mendorongnya sebagai pasangan Prabowo.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya, lanjut Pangi,, Yusril memiliki modal yang sangat berharga dalam menjawab tantangan pemerintahan ke depan. Modal itu, yakni pengalaman panjang Yusril dalam pemerintahan dan keahlian di bidang hukum serta ketatanegaraan.

“Lemahnya penegakan hukum dan pemberantasan korupsi merupakan pekerjaan rumah yang masih tersisa dari pemerintahan saat ini, sebagaimana tercermin dalam data survei Voxpol Center,” kata Pangi dalam keterangannya, Jumat (13/10).

Berdasarkan data Voxpol Center Research and Consulting periode Agustus 2023 menunjukkan, 62,6 persen publik Indonesia menilai bahwa pemerintahan saat ini cenderung dianggap tidak lepas dari praktik-praktik korupsi.

Publik juga memberikan penilaian buruk terhadap kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi, dimana 46,5 persen menganggapnya rendah. Menurut Pangi, secara umum, 44,3 persen publik memberikan penilaian yang juga rendah terhadap kinerja pemerintah dalam penegakan hukum.

“Dalam konteks ini, Yusril Ihza Mahendra menjadi semakin relevan dan sangat dibutuhkan untuk mengatasi problem pekerjaan tersisa masalah penegakan hukum dan agenda pemberantasan korupsi di Indonesia,” tutur Pangi.

Lebih jauh Pangi membeberkan, data Voxpol juga menujukkan hanya sebesar 40,9 persen penilaian publik yang menganggap kinerja pemerintah dalam pemberantasan korupsi sudah bekerja dengan sangat baik atau baik. Atas dasar itu, menurut pandangannya, Yusril akan sangat cukup membantu Prabowo dalam melanjutkan agenda penegakan hukum dan pemberantasan korupsi.

“Saya rasa Prabowo-Yusril akan menjadi pasangan saling melengkapi, paket lengkap di mana Prabowo akan lebih fokus kepada persoalan pertahanan dan keamanan serta persoalan hubungan luar negeri,” sambung dia.

“Sedangkan Yusril dapat meneruskan agenda mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik korupsi dalam rangka meningkatkan kinerja dan kepuasan publik terhadap (approval rating) dan trust building,” tuturnya.

Lebih dari itu, Pangi juga menilai, Yusril merupakan tokoh senior yang sudah matang dan memiliki rekam jejak yang bersih. Keahliannya dalam bidang hukum dan tata negara pun menjadi nilai plus yang tak terbantahkan.

Selain itu, menurut Pangi, pengalaman panjang Yusril dalam pemerintahan, yang mencakup berbagai jabatan strategis, memberikan wawasan yang mendalam tentang kompleksitas sistem pemerintahan. Kombinasi ini yang menurut Pangi, memberinya wawasan yang mendalam tentang isu-isu yang penting bagi masyarakat Indonesia dalam menjawab tantangan pemerintahan di masa depan.

“Apalagi dalam temuan riset Voxpol alasan pemilih di dalam memutuskan pilihan cawapres sangat signifikan pengaruhnya ditentukan figur kandidat calon wakil presiden sebesar 67,6 persen,” ujar Pangi.

Sementara itu, pengaruh partai politik pengusung cawapres hanya sebesar 6,8 persen. Itu artinya pemilih lebih cenderung tertarik pada kapasitas figur atau ketokohan kandidat, ketimbang partai politik pengusungnya.

“Dari data di atas, Yusril bisa saja nanti mundur dari Ketua Umum PBB agar bisa menjadi tokoh netral, tanpa sekat, lebih luwes dan leluasa bergerak menjadi bagian representasi yang berdiri di atas semua kelompok, golongan dan kepentingan partai manapun,” jelas Pangi.

Alasan selanjutnya, kata Pangi, Yusril sebagai solusi yang berpotensi meraih dukungan luas dari berbagai segmen pemilih, khususnya pemilih muslim moderat. Yusril sendiri dikenal dengan sikap moderatnya, dimana dalam situasi politik yang semakin kompleks sikap moderat menjadi ‘lem perekat’ yang sangat penting untuk meraih dukungan dari berbagai segmen pemilih.

Menurutnya, Pemilih muslim moderat merupakan kekuatan besar di Indonesia dan Yusril dengan pandangan moderatnya memiliki potensi untuk memenangkan hati dan simpati dukungan dari segmen pemilih ini.

“(Alasan) yang ketiga, sebuah aspek penting yang juga perlu dipertimbangkan adalah perlindungan hukum yang mungkin diperlukan oleh Presiden Joko Widodo setelah ia tidak lagi menjabat sebagai presiden,” tutur Pangi.

Menurutnya, Yusril menjadi opsi yang layak dipertimbangkan dalam konteks demikian. Hal itu karena Yusril memiliki latar belakang kuat dalam bidang hukum dan tata negara, serta punya sederet pengalaman dalam beberapa pemerintahan sebelumnya.

Terbukti, lanjut Pangi, Yusril dapat menjadi ‘perisai hukum’ yang efektif bagi mantan presiden untuk mengakhiri pemerintahannya dengan ‘soft landing’ dan khusnul khotimah dalam karir politiknya.

“Oleh karena itu, figur Yusril saya pikir adalah sosok yang punya kans menjadi cawapres pendamping Prabowo. Karena tantangan Indonesia ke depannya saya rasa cukup berat, dibutuhkan cawapres yang mampu mengatasi persoalan dan masalah-masalah di atas,” ujar dia.

Sebagai informasi, survei yang dilakukan Voxpol mengunakan metodologi riset quantitative research systemic random sampling, dengan primary sampling unit (PSU) Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pemilu 2024. Melibatkan 1.200 responden, pengumpulan data wawancara dalam riset ini menggunakan kuesioner terstruktur dengan teknik face-to-face interview, dimana margin of error pada level 2.83 persen.

(osc)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *