Ibadah dan Kurangi Main HP



Jakarta, CNN Indonesia —

Atlet menembak Indonesia, Muhammad Sejahtera Dwi Putra, memiliki cerita di balik prestasi pada Asian Games 2023. Faktor non-teknis berperan penting pada torehan prestasi di pesta olahraga tingkat Asia.

Tera, sapaan akrabnya, berhasil memborong empat medali sekaligus. Rinciannya adalah dua emas di nomor tunggal dan dua perunggu di nomor beregu.

Ia jadi atlet menembak Indonesia pertama yang meraih emas sejak cabor itu dipertandingkan pada 1954 lalu. Selain itu, Tera juga memperbaiki catatannya usai menyabet perak di Asian Games 2018.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria yang baru menggeluti dunia menembak sejak duduk di bangku kuliah itu mengaku punya kunci sukses versinya sendiri. Selain latihan, ada faktor lain yang membuatnya sukses mengibarkan bendera Merah Putih di level benua.

Kepada CNNIndonesia.com, Tera membongkar rahasianya menyabet medali hingga menjaga performa sebagai atlet. Berikut wawancara dengan Sejahtera Dwi Putra:

Ketika dapat medali emas Asian Games 2022, sudah terbesit bahwa itu adalah emas pertama untuk Indonesia saat itu?

Kalau emas pertama saya tidak tahu. Yang saya tahu itu cabor dayung yang sudah dapat medali. Kalau siapa yang duluan saya tidak tahu.

Apakah Anda sudah menargetkan medali emas sebelum berkompetisi?

Target saya tentu juara dan memperbaiki hasil dari Asian Games 2018.

Apa yang membuat Anda yakin untuk menargetkan emas?

Saya yakin karena di latihan, catatan saya lebih baik dibandingkan 2018. Kepercayaan diri saya muncul di situ, tapi kan situasi latihan dan pertandingan itu berbeda.

Orang-orang di sekitar juga mendoakan saya, itu yang membuat saya lebih tenang.




Muhammad Sejahtera Dwi Putra meraih emas pertama bagi Indonesia di cabang olahraga menembak pada ajang Asian Games. (NOC Indonesia/M. Rifqy Priadiansyah)



Cabor menembak tidak masuk target pemerintah untuk meraih emas. Bagaimana pendapat Anda?

Justru saya tidak tahu kalau menembak itu ditargetkan. Yang saya tahu mungkin bulutangkis, panjat tebing, angkat besi.

Apakah federasi menetapkan target di Asian Games?

Mungkin pernahnya dibilang tentang peluang di nomor ini, nomor itu. Nomor pertandingan saya jadi salah satu yang punya peluang medali.

Itu jadi ujian dan tantangan bagi saya.

Selama di Hangzhou ada perasaan gugup karena tampil di negara asing?

Gugup sekali di sana. Ibaratnya, kalau latihan mungkin tekanan hanya satu persen tapi kalau bertanding itu tekanannya sampai 1.000 persen.

Sebelum Asian Games, apakah Anda punya persiapan khusus?

Ada, tapi di luar menembak. Saya mendekatkan diri pada Allah. Perbanyak ibadah, tinggalkan hal-hal negatif.

Itu butuh konsistensi. Karena ketika sudah menang tapi lupa dengan prosesnya, saya justru takut larut dalam foya-foya.

Bagaimana reaksi Anda saat akhirnya mendapat medali emas di Asian Games?

Saya terharu karena ingat perjuangan sampai ke sini.

Apakah Anda sudah tahu tentang pemecahan rekor puluhan tahun?

Ketika Asian Games 2018, juga baru tahu karena terakhir dapat medali di tahun 1962. Kalau yang sekarang, ternyata baru tahu kalau sebelumnya belum pernah dapat emas sama sekali.

Saya baru tahu cetak sejarah itu pas besoknya setelah emas pertama, jadi dengar kabar soal sejarah itu setelah lomba di mixed.

Setelah dapat dua emas itu saya plong. Hari Senin saat dapat emas pertama itu saya sudah dicecar media padahal besoknya masih tanding. Saya kasih akun Instagram ke istri karena hari Selasa masih tanding lagi.

Istri saya yang kasih tahu soal sejarah itu. Ketika itu saya sampai lupa bilang terima kasih ke istri karena masih harus tanding lagi.

Saya juga sempatkan telepon orangtua, kakak, dan adik saya. Mereka yang saya hubungi.

Baca lanjutan artikel ini di halaman selanjutnya>>>


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *