Dunia Panas Melulu, Semua Salah El Nino?



Jakarta, CNN Indonesia —

Rekor-rekor suhu panas yang tercipta terutama pada Juli bukan melulu salah fenomena El Nino. Pemanasan global karena ulah manusia lah yang pelan-pelan memanggang Bumi.

El Nino, dan lawannya La Nina, merupakan bagian dari anomali suhu permukaan dan variasi angin di Samudera Pasifik (El Niño-Southern Oscillation/ENSO). Efek keduanya adalah membuat hujan makin sedikit atau sebaliknya, makin lebat.

Analisis NASA menunjukkan suhu laut yang sangat hangat di Pasifik tropis bagian timur, merupakan bukti El Niño yang mulai berkembang pada Mei 2023.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Pada saat bersamaan, suhu pada Juli 2023 0,24 derajat Celsius (C) lebih hangat dibandingkan bulan Juli lainnya dalam catatan NASA. Selain itu, suhunya 1,18 derajat C lebih hangat dibandingkan rata-rata Juli antara 1951 dan 1980.

“Data NASA mengonfirmasi apa yang sebenarnya dirasakan oleh miliaran orang di seluruh dunia: suhu pada Juli 2023 menjadikannya bulan terpanas yang pernah tercatat,” kata Direktur Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) Bill Nelson, dikutip dari situs resminya.

NASA menyebut suhu permukaan laut yang tinggi memang berkontribusi pada rekor suhu hangat di Juli. Namun, Fenomena seperti El Niño atau La Niña, yang menghangatkan atau mendinginkan Samudra Pasifik, dapat berkontribusi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.

Lembaga ini memperkirakan dampak terbesar El Niño akan terjadi pada bulan Februari, Maret, dan April 2024.

Bukan pemeran utama

Lembaga Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) menjelaskan El Nino cuma menyumbang porsi kecil dari masalah suhu global.

“Jika saya seorang aktor dan diberi tahu bahwa kehadiran saya di depan kamera hanya menyumbang 20 persen dari adegan-adegan tersebut, saya tidak akan menelepon ke rumah dan memberi tahu ibu saya bahwa saya adalah seorang pemeran utama,” demikian dikutip dari situsnya.

Menurut lembaga ini, yang sering diabaikan dalam pembicaraan soal El Nino dan La Nina adalah bahwa ENSO bukan satu-satunya pengaruh terhadap jumlah curah hujan di wilayah tertentu pada tahun tertentu.

ENSO hanya menyebabkan sekitar 15-20 persen curah hujan ekstrem (penelitian Dai et al 1997). Sisanya, 80-85 persen, disebabkan oleh faktor lain di Bumi.

“Jika curah hujan ekstrim adalah pizza berukuran besar, ENSO hanya akan menghasilkan 2 potong,” kata NOAA.

Karena ENSO tidak mengendalikan 100 persen curah hujan ekstrem dan karena cuacanya, NOAA menyebut tidak ada satu tahun dengan El Niño atau La Niña pun yang bakal cocok dengan bayangan soal dampak idealnya.

“Semuanya mengarah pada kesimpulan bahwa, bagi sebagian besar dari Anda, meskipun saya mohon maaf karena Anda kehujanan, hal itu mungkin bukan disebabkan oleh El Niño.”

Meski tidak semuanya disebabkan olehnya, kejadian El Niño memang masih bisa menyebabkan jumlah curah hujan ekstrem lebih banyak dari biasanya dan kekeringan.

Penelitian Mason dan Goddard (2001), berdasarkan pengamatan sejak 1950, menunjukkan hanya 20-30 persen wilayah daratan di seluruh dunia yang berpotensi terkena dampak El Niño dan La Niña.

70 hingga 80 persen wilayah daratan lainnya di halaman berikutnya…


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *