Cerita Novita Gemalasari Liman Raih Gelar Doktor di Usia 30 Tahun



Jakarta, CNN Indonesia —

Novita Gemalasari Liman baru saja meraih gelar Doktor dalam ilmu kedokteran. Usianya baru menginjak 30 tahun tapi kenapa harus ‘ngebut’? Novita pun berbagi cerita.

Pada Senin (4/9), Novita menjalani sidang terbuka promosi doktor Program Studi Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

Ia mempresentasikan disertasi berjudul ‘Analisis Ritme Sirkadian Kortisol dan Ritme Sirkadian Aktivitas Sistem Saraf Autonom serta Skala Kesehatan Subjektif pada Kompleks Ventrikel Prematur Idiopatik’.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO RESUME CONTENT

Novita berharap riset ini bisa memberikan kontribusi dalam rancangan pengobatan yang lebih baik untuk pasien kompleks ventrikel prematur (KVP) yakni jenis gangguan irama jantung ventrikel.

Setelah presentasi dan tanggapan serta pertanyaan, tim penguji memutuskan Novita diangkat menjadi Doktor.

“Tim penguji memutuskan mengangkat dokter Novita Gemalasari Liman, Sp. JP, FIHA menjadi doktor dalam program studi Ilmu Kedokteran dengan yudisium summa cum laude, IPK 3,97 lulus 5 semester,” kata Ari Fahrial Syam, Dekan FKUI sekaligus ketua Sidang Promosi Doktor dalam video yang diunggah di laman resmi FKUI.

Lulus dengan predikat summa cum laude memang membanggakan. Namun yang tak kalah mengejutkan adalah usia Novita yang baru menginjak 30.

Ditarik ke belakang, ia dulu berusia 15 saat jadi mahasiswa FKUI dan menyelesaikan pendidikan dokter umum saat berusia 20 tahun di 2013. Perempuan kelahiran Ujung Pandang ini seolah ‘rehat’ dari studi dengan bekerja di RSUD Barru, Sulawesi Selatan selama 2 tahun.

Setelah itu pada 2016 ia mengambil Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Jantung dan Pembuluh Darah FKUI dan lulus di 2020. Kemudian dalam waktu tiga tahun, ia kini sudah mengantongi gelar Doktor.

Novita mengaku tidak memiliki alasan khusus di balik studinya yang terbilang ‘sat-set-sat-set’. Ia hanya ingin cepat naik kelas untuk masa depan yang lebih baik.

“Karena kita tahu persaingan di dunia kerja makin ketat, maka yang terbaiklah yang akan terpilih,” ujar Novita pada CNNIndonesia.com via pesan singkat, Selasa (19/9).

Suka tantangan

Profesi dokter merupakan profesi yang tak asing di keluarganya. Novita terinspirasi dari sang kakak yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam yang mengabdi di kepolisian.

Hanya saja, sedikit berbeda dari sang kakak, Novita memilih spesialisasi jantung dan pembuluh darah. Menurutnya, spesialisasi satu ini membutuhkan passion tersendiri.

Dokter yang menangani jantung dan pembuluh darah, lanjut dia, dituntut untuk tenang dan hati-hati tetapi cepat dalam bertindak. Selain itu, diagnosis harus akurat, tidak boleh salah. Kalau tidak demikian, akibatnya fatal.

“Ini tantangan yang saya suka dan pertimbangan kedua, bahwa penyakit jantung di Indonesia menduduki rangking 1 kematian di Indonesia dan merupakan silent killer yang perlu mendapatkan perhatian dan penanganan,” ungkapnya.

Studi kedokteran dan mengambil spesialisasi yang begitu menantang memang mengandung konsekuensi beragam. Studi kedokteran harus ditempuh dalam waktu lebih lama ketimbang bidang studi lain.

Akan tetapi di sela waktu studi, ia masih menyempatkan diri melakukan hobi membaca terutama tentang perkembangan dunia kedokteran dan olahraga.

“Saya nikmati saja. Memang dunia hura-hura berkurang tapi masih sempat juga ikut pertukaran pelajar di luar negeri antara lain di India dan Thailand,” kata dia.

Tak hanya itu, selama studi doktoral pun, Novita harus benar-benar bisa membagi waktu antara belajar dan bekerja. Ia melayani pasien di RSUD Pakuhaji, Kabupaten Tangerang dan RS Bun Tangerang.

Kendati demikian, pengalaman berjumpa dengan pasien justru membuatnya semakin paham bahwa belum semua orang sadar akan bahaya penyakit jantung.

Penyakit jantung yang disebut-sebut sebagai silent killer memiliki akar permasalahan tak jauh dari gaya hidup tak sehat seperti kebiasaan merokok, konsumsi junk food dan makanan tinggi gula tambahan. Orang pun belum sadar akan pentingnya skrining atau deteksi dini.

Oleh karenanya, meski segudang ilmu sudah dikantongi, Novita masih memiliki cita-cita untuk bisa berbagi ilmu demi Indonesia yang makin peduli dengan jantung.

“Sambil bekerja saya berencana menjadi staf pengajar untuk berbagi ilmu dengan orang lain,” imbuhnya.

(els/pua)

[Gambas:Video CNN]


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *