Yogyakarta, CNN Indonesia —
Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Dominic Jermey, menyerahkan salinan digital 120 manuskrip atau naskah kuno Jawa yang disebut berasal dari era Sri Sultan Hamengku Buwono II kepada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Manuskrip hasil digitalisasi British Library itu diserahkan Jermey dalam satu hard disk drive atau perangkat penyimpanan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Kamis (16/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jermey mengatakan, penyerahan salinan digital manuskrip ini berkat kerja sama antara British Library dan Perpustakaan Nasional RI melalui Proyek Digitalisasi Naskah Jawa Bollinger.
“Manuskrip ini merupakan manuskrip yang sangat berharga dan luar biasa,” kata Jermey dalam kesempatan tersebut.
Salinan manuskrip, tutur Jermey, bukan cuma untuk dirawat dan disimpan sebagai koleksi semata, melainkan dapat diakses oleh masyarakat yang ingin mempelajari tentang warisan budaya adiluhung.
[Gambas:Video CNN]
Menurut Jermey, hal tersebut menunjukkan komitmen kuat kemitraan pemerintah Inggris dan DIY dalam mengoptimalkan inovasi digital guna memperluas akses terhadap naskah sejarah.
“Kekayaan sejarah Jawa telah dilestarikan selamanya secara digital, dengan teknologi terkini dan dedikasi dari rekan-rekan British Library yang bertahan melewati dua lockdown nasional selama pandemi virus corona untuk menyelesaikan proyek ini,” imbuh Jermey.
Jermey juga mengaku turut membicarakan kebudayaan dan peran Yogyakarta bagi Indonesia bersama Sultan, termasuk penguatan kerja sama selain pertukaran seni dan budaya, perubahan iklim serta pendidikan.
Dalam kesempatan itu, Sri Sultan HB X menyatakan salinan manuskrip beraksara Jawa dari pemerintah Inggris adalah peninggalan masa ketika Sri Sultan Hamengku Buwono II berkuasa.
“Manuskrip kuno yang diambil Inggris berasal dari era Hamengku Buwono II,” kata Sultan.
Lebih jauh, Raja Keraton Yogyakarta itu mengapresiasi inisiatif pemerintah Inggris dan mengaku tak masalah meski manuskrip yang diserahkan sekadar salinan digital, sementara naskah aslinya tersimpan di British Library.
Sultan berujar sejauh ini memang belum ada pembahasan terkait pemulangan manuskrip-manuskrip fisik tersebut ke DIY. Penyerahan dalam bentuk salinan digital dikarenakan pihaknya sadar belum mampu merawatnya.
“Karena kami sendiri juga belum mampu untuk merawat, tapi yang penting bagaimana pun dengan digitalisasi manuskrip itu kan relatif sama,” ujar Sultan.
“Saya belum tahu isinya manuskrip ini apa saja, nanti kalau sudah dibuka. Yang penting manuskrip ini menjadi sesuatu hal yang bisa bermanfaat tidak hanya bagi kami tetapi masyarakat. Ini juga akan muncul dalam digitalisasi Keraton Yogyakarta,” pungkasnya.
(kum/chri)