Jakarta, CNN Indonesia —
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk pertama kalinya menyadari “perlu buka suara” terkait kelemahan aspek keamanan dalam serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober. Serangan itu menewaskan lebih dari 1.400 orang.
Pernyataan tersebut disampaikan setelah Netanyahu dihujani kritik imbas militan Gaza bisa melewati pertahanan perbatasan Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami akan memeriksanya secara rinci dan menyelidikinya hingga tuntas,” kata Netanyahu dalam pidato yang ditayangkan di televisi dan diberitakan AFP pada Rabu (25/10).
“Kesalahannya akan kami periksa dan semua orang harus memberikan jawaban, termasuk saya. Tapi semua ini akan dilakukan nanti,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, ia pun menegaskan “bertanggung jawab untuk mengamankan masa depan Israel.”
[Gambas:Video CNN]
Israel sejak awal mengatakan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, tewas dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.
Sedangkan pemerintah Hamas di Gaza mengatakan pemboman udara dan artileri Israel sejak 7 Oktober telah menyebabkan lebih dari 6.500 orang tewas, termasuk sekitar 2.700 anak-anak.
Dengan puluhan ribu tentara Israel berkumpul di perbatasan Gaza, Netanyahu mengatakan “kami sedang mempersiapkan serangan darat.”
“Saya tidak bisa mengatakan kapan, bagaimana atau berapa banyak, atau semua elemen yang kami perhitungkan, yang sebagian besar tidak diketahui publik,” tambahnya.
Israel memiliki pasukan sekitar 165.000 tentara dan telah mengerahkan 360.000 tentara cadangan, beberapa di perbatasan Gaza dan lainnya pindah ke perbatasan dengan Lebanon, tempat gerakan Hizbullah yang didukung Iran melancarkan serangan artileri setiap hari.
Namun, para pemimpin dunia mulai memperingatkan Israel mengenai rencana invasi via darat, salah satunya adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menilai hal itu bisa jadi kesalahan karena berpotensi telan lebih banyak jiwa warga sipil.
AS juga dikabarkan membujuk Israel menunda invasi darat, setidaknya sampai sistem pertahanan udara mereka bisa ditempatkan di kawasan itu paling lambat akhir pekan ini.
Militer AS dan pejabat lainnya yakin pasukan mereka akan jadi sasaran kelompok militan begitu invasi ke wilayah Palestina yang dikuasai Hamas dimulai.
Namun, Presiden AS Joe Biden menyatakan tidak pernah menuntut Israel menunda invasi darat ke Gaza sampai sandera yang ditahan Hamas dibebaskan.
“Itu keputusan mereka [Israel], tapi saya tidak pernah menuntutnya,” kata Biden terkait pembicaraannya dengan Netanyahu.
“Yang saya sampaikan kepadanya adalah apabila memungkinkan mengeluarkan orang-orang terlebihi dahulu dengan selamat, itu yang harus dia lakukan,” Biden menegaskan.
(AFP/chri)